MEDIA PEMBELAJARAN
(Pengertian dan Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ Teknologi Pendidikan Islam ”
Dosen Pengampu :
Dr. As’aril Muhajir, M.Ag
Oleh :
Moh. Kholid
NIM: FO 5411 127
PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN
AMPEL SURABAYA
TAHUN 2012
Pendahuluan
Media
pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan
penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan
bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana
menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada
kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan,
antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari
media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya
tidak perlu terjadi jika setiap guru / fasilitator telah mempunyai pengetahuan
dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu
guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat
dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang
dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai
individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial
dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik
disekolah. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas
dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah
sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujan
pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena
usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar.
Salah
satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas.
Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain
yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan
guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu memanfatkan
beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media
pendidikan baru demi terwujudnya tujuan bersama. Dengan demikian penulis akan
menyajikan makalah yang berjudul “ Media Pembelajaran ( Pengertian Dan
Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran)” yang menjelaskan pengertian, klasifikasi dan
bentuk-bentuk, karakteristik, media dalam proses pembelajaran.
Pengertian Media Pembelajaran
Gerlach
& Ely yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengatakan bahwa ”A medium concieved is any person,
material or event that establishs condition which enable the learner to acquire
knowledge, skill and attitude”. Media secara umum meliputi manusia, bahan,
peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.[1] Pengertian ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan
media adalah guru, buku teks, dan lingkungan sekolah.
Sedangkan
pengertian media pembelajaran sendiri didefinisikan oleh Rossi dan Briedle yang
dikutip oleh Wina Sanjaya, mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh
alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio
televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.[2] Alat-alat tersebut jika digunakan dan
diprogram untuk pendidikan, maka termasuk media pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pengertian
yang dikemukakan Heinich dan kawan-kawan yang dikutip oleh Azhar Arsyad. Mereka
mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara
sumber dan penerima. Alat-alat komunikasi seperti televisi, film, foto, radio, rekaman audio,
gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan intruksional atau mengandung
maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.[3]
Dari beberapa pengertian tentang
media pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bukan
hanya berupa alat, namun segala sesuatu baik berupa materi maupun non-materi
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada diri siswa.
Media pembelajaran dapat berupa
bahan non-materi yang berisi bahan atau perangkat lunak (software),
yaitu isi program yang mengandung pesan informasi yang terdapat dalam buku atau
bahan-bahan cetakan lain, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang
disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya. Juga dapat
berupa bahan materi atau perangkat keras pembelajaran (hardware) yang dapat
mengantarkan pesan melalui alat-alat seperti alat-alat elektronik radio,
televisi, OHP, komputer dan sebagainya.
Media
Pembelajaran dan Teknologi Pembelajaran
Perkembangan media
pembelajaran selalu mengikuti arus
perkembangan teknologi.
Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi dan ilmu pengetahuan
belum berkembang sepesat ini, proses pembelajaran biasanya berlangsung melalui
proses komunikasi antara guru dan siswa dengan bahasa verbal sebagai media
utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran ini berpusat pada guru,
dan peserta didik sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar. Teknologi paling tua yang
dimanfaatkan dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas
dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual yang menggabungkan
penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang
muncul terakhir adalah teknologi mikro-processor yang melahirkan pemakaian
komputer dan kegiatan interaktif.[4]
Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat
seorang guru sebagai disainer pembelajaran dapat memanfaatkan berbagai jenis
teknologi sebagai media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran
berlangsung secara efektif dan efisien. Dan untuk selanjutnya para guru dapat memilih media yang paling
efektif dan efisien untuk keberhasilan pembelajaran mereka.
Hubungan antara teknologi dengan media
pembelajaran dapat didefinisikan bahwa media merupakan bagian dari teknologi
yang lahir akibat hasi revolusi komunikasi yang dapat dipakai untuk kegiatan
pengajaran disamping guru, buku teks, dan papan tulis.[5]
Media tersebut dapat berupa radio, film, televisi, slides, OHP, dan
lain-lain. Dengan menggunakan istilah media pengajaran Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai mengartikan teknologi pengajaran sebagai cara yang sistematis dalam
merancang, melaksanakan, dan menilai keseluruhan proses belajar-mengajar dalam
hubungannya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[6]
Dan media baik berupa alat komunikasi maupun sumber belajar merupakan alat
untuk menyampaikan proses dan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Klasifikasi
dan Bentuk-bentuk Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila hanya
disampaikan melalui bahasa verbal dan ini akan menimbulkan kesalahan persepsi
kepada siswa. Penyampaian pesan seharusnya lebih konkret dan benar-benar dapat
mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan mendekatkan siswa kepada kondisi yang sebenarnya.
Kerucut pengalaman Edgar Dale menggambarkan bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh
melalui pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan
kehidupan seseorang, melalui benda tiruan, sampai kepada lambang (abstrak). [7]
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar
Dale
Melalui pengalaman langsung siswa
berhubungan dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara,
hasil yang diperoleh siswa menjadi lebih konkret sehingga akan memiliki
ketepatan tinggi. Semakin ke atas puncak kerucut pengalaman belajar siswa hanya
melalui lambang verbal, dan pengalaman yang diperoleh siswa sifatnya lebih
abstrak.
Persoalannya penyampaian pesan dengan pendekatan kondisi sebenarnya atau
pengalaman langsung kadang terkendala atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Oleh
karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan
belajar mengajar. Fungsi media pembelajaran antara lain 1) menangkap suatu
objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, 2) memanipulasi keadaan, peristiwa,
atau objek tertentu, 3) menambah gairah dan motivasi belajar siswa, dan 4)
mempunyai nilai-nilai praktis tertentu seperti mengatasi keterbatasan
pengalaman siswa dan ruang kelas.
Pada zaman
modern ini, para pendidik dapat menggunakan berbagai macam media pembelajaran
sesuai dengan yang dibutuhkan. Media-media pembelajaran yang digunakan antara
lain dapat berupa media grafis, visual, audio, dan audio visual dengan
ciri-ciri antara lain, Pertama, Ciri Fiksatif (Fixatif Property), yaitu
ciri yang menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat di
runut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio
tape, disket komputer, dan film. Kedua, Ciri Manipulatif (Manipulative
Property), yaitu kemampuan media
untuk mentransformasi suatu kejadian atau objek ke dalam bentuk media tertentu
tanpa merubah kenyataan. Seperti kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik
pengambilan gambar time-lapse recording. Ketiga, Ciri Distributif (Distributive
Property), ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif
sama mengenai kejadian itu. Misalnya rekaman video, audio dapat disebarkan ke
seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.[8]
Dari
ciri-ciri tersebut media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi.[9] Pertama, di lihat
dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam beberapa macam yaitu, media auditif, media visual, media audiovisual.
Kedua,
jika di lihat dari kemampuan jangkauannya media pembelajaran dapat
berupa media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa
dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak
tanpa harus menggunakan ruangan khusus.
Dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas
oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film,video, dan lain
sebagainya.
Ketiga media
yang di lihat dari cara atau teknik pemakaiannya.
Media dengan ciri tersebut dapat dibagi ke dalam media yang diproyeksikan, seperti film, slide,film strip, transparansi, dan
lain sebagainya dan media yang tidak
diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, Radio, dan lain sebagainya. Jenis media yang
diproyeksikan memerlukan alat proyeksi khusus, seperti
film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan
film slide, dan Over Head Projector (OHP)
untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini,
maka media semacam ini tidak akan berfungsi efektif.
Pada intinya
pengelompokan media-media tersebut bertujuan untuk menentukan jenis media mana
yang cocok untuk suatu pembelajaran, karena karakteristik setiap materi berbeda
satu sama lain. Pemilihan media pembelajaran yang terlalu mahal tidak menjamin
efektifitas suatu pembelajaran jika dibandingkan dengan yang lebih murah. Oleh
karena itu seorang pendidik harus dengan bijak memilih dan menggunakan media
agar komunikasi yang dibangun berjalan efektif.
Karakteristik
Media Pembelajaran
1.
Media Grafis
(Visual diam)
Media grafis atau visual diam dalam pengertian praktis dapat diartikan
sebagai media yang mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara
jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar dalam
bentuk cetak.[10] Pengungkapan fakta-fakta tersebut dapat
berupa kata-kata dan angka-angka seperti yang dapat digambarkan oleh grafik,
bagan, diagram, poster kartun dan komik. Atau berupa fakta, pengertian dan
gagasan dalam presentasi grafis seperti pada sketsa, lambang, atau foto. Jadi Graphics,
meliputi berbagai bentuk visual yang menarik, terutama gambar.
Kelebihan Media grafis
antara lain dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan
yang disajikan terutama jika dilengkapi dengan warna-warna yang menarik
perhatian siswa, disamping itu pembuatannya juga mudah dan harganya murah.
Selain kelebihan-kelebihan tersebut, hambatan dari penggunaan media grafis
adalah membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya,
terutama untuk grafis yang lebih kompleks dan penyajian pesan hanya berupa
unsur visual.
2.
Media Proyeksi (Visual gerak)
Media Proyeksi adalah media visual yang hanya dapat digunakan dengan
bantuan proyektor.[11] Berbeda dengan media grafis, media ini
harus menggunakan alat elektronik untuk menampilkan pesan atau informasi
seperti Overhead Projector (OHP), Slide dan Filmstrip, Opaque
Projector, Microfis dan video.
Penggunaan media ini dapat menvisualkan pesan yang menarik (tergantung dari
variasi yang digunakan guru atau dosen), praktis dan dapat dipergunakan secara
berulang-ulang. Namun dalam pembuatan slide atau filmstrip dibutuhkan
perencanaan yang matang dan dibutuhkan
keterampilan melukiskan pesan yang ringkas dan jelas, dan menuntut penataan
ruangan yang baik. Saat ini alat-alat tersebut semakin jarang digunakan
tertutama setelah berkembangnya komputer yang mampu memproyeksikan pesan dengan
lebih baik dan lebih bervariatif.
3.
Media Audio
Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif. Alat
yang digunakan dapat berupa kaset, piringan suara atau radio yang dapat
merangsang pikiran dan perasaan pendengar sehingga terjadi proses belajar.
Karakteristik pengajaran menggunakan media audio ini umumnya berhubungan
dengan segala kegiatan untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan
aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Pemanfaatan media audio dalam pengajaran
terutama digunakan dalam pengajaran music literary (pembacaan sajak),
kegiatan dokumentasi, pengajaran bahasa asing, pengajaran melalui radio atau
radio pendidikan, dan pendidikan fisik.[12]
Kelebihan dari penggunaan media audio ini, jika berupa alat perekam audio
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pendengar/ pemakai. Misalnya untuk
pembelajaran bahasa, musik, tajwid dan lain sebagainya. Sementara dalam
ranah kognitif media audio dapat melatih siswa mengembangkan daya imajinasi
abstrak dan dapat merangsang partisipasi aktif para pendengar, misalnya sambil
mendengar siaran, siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
pencapaian tujuan. Selain itu rasa keingintahuan siswa dapat dipancing sehingga
dapat merangsang kreativitas. Sedangkan dalam ranah afektif, media ini juga
dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para pendengar. Selain
untuk media pembelajaran, media audio juga seringkali digunakan untuk
menyajikan laporan-laporan yang aktual dan mengatasi keterbatasan waktu dan
jangkauannya bisa sangat luas.
Selain kelebihan, kelemahan-kelemahan menggunakan media audio ini dapat
menimbulkan kesulitan bagi pendengar untuk mendiskusikan hal-hal yang sulit
dipahami karena sifat komunikasinya yang satu arah. Sesuai karakteristiknya
media audio ini lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal yang mungkin
hanya dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai tingkat penguasaan kata dan
bahasa yang baik dan hanya melayani mereka yang mampu berpikir abstrak, selain
itu juga dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar. Media audio yang
menggunakan program siaran radio biasanya dilakukan secara serempak dan terpusat,
sehingga sulit untuk melakukan pengontrolan.
4.
Media Audio Visual
Media audio
visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera
pendengaran dan indera pengelihatan. Media ini adalah pengembangan lebih lanjut
dari media visual yang digabungkan dengan media audio. Gambar yang dihasilkan dapat berupa gambar
diam atau sedikit memiliki unsur gerak, media ini disebut juga media audio
visual diam, jenis media ini antara lain media sound slide (slide
suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara. Sementara media yang
berupa pita video, film bergerak, dan tv disebut sebagai media audio visual
gerak.
Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau
menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Ciri-ciri teknologi media audio visual diantaranya bersifat linier, menyajikan
visualisasi yang dinamis, digunakan dengan cara yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perancang atau pembuatannya, merupakan representasi fisik dari
gagasan riil atau gagasan abstrak, dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
psikologi tingkah laku dan kognitif, sering berpusat pada guru, kurang
memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.[13]
Beberapa kelebihan atau kegunaan media audio visual
pembelajaran sama dengan pengajaran audio dan visual yaitu memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, juga mengatasi perbatasan
ruang, waktu dan daya indra, seperti gambar, film bingkai, proyektor micro,
film, tame
lapse atau high speed photografi, rekaman film, video, foto maupun secara
verbal, model, diagram. Selain itu juga media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.
Selain media pembelajaran bentuk visual, audio, dan audio visual yang telah
dijelaskan diatas, ada beberapa media pembelajaran yang masih belum disinggung
yaitu media pembelajaran tiga dimensi, multimedia, dan lingkungan. Media-media
ini dapat berupa beberapa unsur media yang dipadukan sehingga menjadi media
yang mendekati kenyataan dan dapat merangsang psikomotorik siswa.
5.
Media pembelajaran tiga dimensi
Media tiga dimensi yang sering
digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Model adalah tiruan tiga
dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu
kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam
kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.[14] Contoh-contoh model yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran adalah globe, boneka, bendera, anatomi tubuh
manusia, alat-alat matematika, maket, patung, alat-alat simulasi, dan
lain-lain.
Kelebihan model tiga dimensi ini
memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman lebih nyata untuk mempelajari suatu
unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek tertentu, atau bagian-bagian
serta aspek-aspek lain yang diperlukan sehingga memperkecil kemungkinan
terjadinya kesalahan presepsi siswa. Sedangkan kelemahan dari media ini biaya
pembuatannya cukup mahal sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.
6. Media Pembelajaran
Multimedia
Media pembelajaran multimedia
merupakan jenis media pembelajaran yang menggabungkan unsur audio, visual dan
simulasi. Unsur-unsur tersebut memungkinkan bagi siswa untuk melatih kepekaan
indra-indranya.[15] Penggabungan beberapa media ini dapat
dilakukan dengan pengalaman pertunjukan atau upacara. Seperti contoh untuk
mencapai tujuan pembelajaran, guru dapat mengadakan pertunjukan drama yang
diperankan oleh para siswa sendiri.
Selain itu pada zaman teknologi canggih sekarang mulai banyak digunakan
multimedia berbasis komputer. Contoh alat simulasi kokpit pilot untuk siswa
akademi penerbangan, program simulasi matematika, internet dan email. Namun
kelemahannya penggunaan media ini membutuhkan seperangkat alat seperti komputer
atau bahkan laboratorium yang cukup mahal, sehingga hanya cocok digunakan untuk
simulasi-simulasi tertentu seperti simulasi kokpit pilot.
7.
Media Pembelajaran Lingkungan
Penggunaan media grafis, tiga
dimensi, dan proyeksi pada dasarnya menvisualkan fakta, gagasan, kejadian,
peristiwa dalam bentuk tiruan keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas.
Di lain pihak guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas
dengan menghadapkan kepada siswa lingkungan yang aktual untuk dipelajari. Jika
memungkinkan cara ini lebih bermakna karena para siswa dihadapkan dengan
peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.[16]
Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan media ini adalah kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih menarik dan lebih aktif, sumber belajar menjadi lebih
kaya, kebenarannya lebih akurat, dan siswa dapat menghayati dan memahami
aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya.
Sementara kelemahan media ini sering terjadi dalam pelaksanaannya. Kegiatan
belajar yang kurang terencana menyebabkan pembelajaran tidak terarah dan tidak
mencapai tujuan, sehingga sering guru menganggap kegiatan ini tidak efektif.
Media
Dalam Proses Pembelajaran
Prinsip
pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep
generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yanh jelas dan nyata. Sumber
belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber referensi,
tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan
berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih
realistik.[17] Dengan
demikian salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan
menentukan media pengajaran. Dalam dimensi sosial, mencari dan menentukan
sumber belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebab bahan
ajarnya sangat dinamis.
Pembagian
klasik dari media pengajaran didasarkan pada jenis materi yang dibagi menjadi
materi bacaan seperti buku, majalah, ensiklopedia, surat kabar dan materi bukan bacaan. Materi
bacaan merupakan materi visual yang bersifat fiksi maupun non fiksi. Materi
yang bukan bacaan mempunyai pengertian yang luas mengacu pada penglihatan
(visual) dan pendengaran (audio) untuk menjelaskan arti dari penafsiran
(interpretasi) atau kata-kata yang tercetak seperti pada buku-buku (materi).
Dalam arti terbatas, sebagian besar materi pembelajaran tergantung pada bacaan
seperti misalnya bagan dan peta mempunyai judul dan legenda (kata-kata
penjelasan pada peta), film strip mempunyai caption (kata-kata tercetak pada
foto atau ilustrasi).
Materi
bukan bacaan membuka kesempatan belajar yang sangat baik terutama bagi siswa
yang secara individual lamban dalam keterampilan membacanya. Tetapi tentu saja
penggunaan materi-materi bukan bacaan ini tidak hanya terbatas untuk siswa yang
belum dapat membaca saja. Banyak sekali materi ini memberikan informasi yang
sulit diperoleh melalui bacaan. Film tentang kehidupan suku Dani atau Asmat di
Irian Jaya atau kehidupan orang laut di Riau kepulauan, misalnya adalah
pengalaman-pengalaman yang tidak dapat disalin (duplikat) kembali dengan
berbagai cara dalam ruang kelas.
Materi
bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan
memperkaya pelajaran semua siswa, baik yang mampu membaca maupun yang masih
sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-alat yang sanggup memberikan
informasi yang sulit untuk dijelaskan dalam materi cetak bacaan. Pengadaan
karya wisata misalnya kunjungan di sebuah perusahaan atau sentra kerajinan
adalah suatu cara untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai
beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, film strip, dan
gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan
suatu latar belakang yang sama. Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah
ialah verbalisme, yang terdapat dalam setiap situasi belajar.[18]
Menurutnya penyakit tersebut biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang
dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya
diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mencecap,
meraba serta menggunakan alat indara lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat
dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka
peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman yang
kongkrit.
Pernyataan
di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran di
sekolah. Media pelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses
penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu
akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan
peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.[19]
Dalam upaya pemanfaatan video dalam proses
pembelajaran, hendaknya kita memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Program video harus dipilih
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu
contohnya adalah apakah media video untuk tujuan kognitif dapat diguakan
untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan memberikan
rangsangan berupa gerak yang serasi.
b. Guru harus mengenal program video
yang ada dan memahami manfaatnya bagi pelajaran.
c. Sesudah program video di putar,
harus diadakan diskusi agar siswa memahami bagaimana mencari pemecahan masalah
dan menjawab pertanyaan.
d.
Perlu diadakan tes agar mampu mengukur berapa banyak informasi yang mereka
tangkap dari program video tersebut.[20]
Dengan penjelasan di atas, maka dapat diberikan langkah-langkah sebagai
berikut:
Langkah
pertama, yang harus dilakukan guru adalah mengobservasi suatu fenomena,
misalnya : a) menyuruh siswa untuk menonton VCD tentang kejadian manusia,
rahasia Ilahi, Takdir Ilahi, tentang Alam Akhirat, azab Ilahi , dan sebagainya;
b) menyuruh siswa untuk menonton film tentang rukun Islam dan berbuat kebajikan
selesai nonton lalu mengaplikasikan dikemudian hari seperti shaum di bulan
ramadhan, membayar zakat ke BAZ, mengikuti sholat berjamaah di masjid,
mengikuti ibadah qurban, menyantuni fakir miskin dan lain-lain.
Langkah
kedua, yang dilakukan oleh guru adalah memerintahkan siswa untuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, misalnya: a) setelah menonton
VCD atau mendengarkan kisah-kisah Al Qur`an, siswa diharuskan membuat catatan
tentang pengalaman yang mereka alami, melalui diskusi dengan teman-temannya; b)
setelah mengamati dan melakukan aktivitas keagamaan siswa diwajibkan untuk
mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul serta mereka dapat mengungkapkan
perasaannya kemudian mendiskusikan dengan teman sekelasnya.
Kesimpulan
Media merupakan suatu
perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang
tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi
dan tiga dimensi masing-masing berbeda dan mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Adapun media yang digunakan untuk pendidikan agama Islam pasti
berbeda dengan media pendidikan pelajaran umum. Hal ini karena adanya perbedaan
tujuan pembelajaran antara pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum
lainnya. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan
bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan
lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Ali Pandie,
Imansjah, Didaktik Metodik, Surabaya : PT. Usaha Nasional, 1984.
Fathurrohman, Teknologi dan Media Pembelajaran. Surabaya : Dakwah Digital
Press, 2008.
Fakih,
Mansour, dkk.. Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis, Yogyakarta : Read Book, 2001.
Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1989.
Kasmadi, Hartono.
Model-model dalam Pengajaran Sejarah, Semarang :
IKIP Semarang Press, 1996.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta :Kencana, 2010.
Sudjana, Nana. Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2011.
____________. Media Pengajaran. (Surabaya : Pustaka dua, 1978).
[1] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran ( Jakarta :Kencana, 2010),
204.
[2] Ibid, 204.
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2009), 3.
[5] Nana Sudjana, dan Ahmad
Rivai, Media Pengajaran (Bandung :
Sinar Baru Algensindo, 2011), 44.
[6] Nana Sudjana, dan Ahmad
Rivai, Media Pengajaran,
44.
[7] Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 1989), 40.
[8] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 12-14.
[10] Ibid, 27.
[11] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran
216.
[12] Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai, Media Pengajaran, 129.
[13] Fathurrohman, Teknologi dan Media Pembelajaran (Surabaya :
Dakwah Digital Press, 2008), 23.
[14] Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai, Media Pengajaran, 156.
[15] Mansour Fakih, dkk., Pendidikan Populer Membangun Kesadaran
Kritis ( Yogyakarta : Read Book,
2001), 88.
[16] Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai, Media Pengajaran, 208.
[17] Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996), 62.
[18] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 72.