Senin, 09 Juli 2012

MEDIA PEMBELAJARAN (PENGERTIAN DAN BENTUK-BENTUK MEDIA PEMBELAJARA


MEDIA PEMBELAJARAN
(Pengertian dan Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ Teknologi Pendidikan Islam
 










Dosen Pengampu :
Dr. As’aril Muhajir, M.Ag

Oleh :

Moh. Kholid
NIM: FO 5411 127


PENDIDIKAN ISLAM
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2012

Pendahuluan
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru / fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru / fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pembelajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berbeda. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis. Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik disekolah. Hal itu pula yang menjadikan berat tugas guru dalam menglola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar.
Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas. Kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikkan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas. Disamping itu juga, perlu memanfatkan beberapa media pendidikan yang telah ada dan mengupayakan pengadaan media pendidikan baru demi terwujudnya tujuan bersama. Dengan demikian penulis akan menyajikan makalah yang berjudul “ Media Pembelajaran ( Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Media Pembelajaran)” yang menjelaskan pengertian, klasifikasi dan bentuk-bentuk, karakteristik, media dalam proses pembelajaran.
Pengertian Media Pembelajaran
Gerlach & Ely yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengatakan bahwa ”A medium concieved is any person, material or event that establishs condition which enable the learner to acquire knowledge, skill and attitude”. Media secara umum meliputi manusia, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.[1] Pengertian ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan media adalah guru, buku teks, dan lingkungan sekolah.
Sedangkan pengertian media pembelajaran sendiri didefinisikan oleh Rossi dan Briedle yang dikutip oleh Wina Sanjaya, mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya.[2] Alat-alat tersebut jika digunakan dan diprogram untuk pendidikan, maka termasuk media pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan Heinich dan kawan-kawan yang dikutip oleh Azhar Arsyad. Mereka mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Alat-alat komunikasi seperti  televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau  mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.[3]
Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran bukan hanya berupa alat, namun segala sesuatu baik berupa materi maupun non-materi yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Media pembelajaran dapat berupa bahan non-materi yang berisi bahan atau perangkat lunak (software), yaitu isi program yang mengandung pesan informasi yang terdapat dalam buku atau bahan-bahan cetakan lain, cerita yang terkandung dalam film atau materi yang disuguhkan dalam bentuk bagan, grafik, diagram dan lain sebagainya. Juga dapat berupa bahan materi atau perangkat keras pembelajaran (hardware) yang dapat mengantarkan pesan melalui alat-alat seperti alat-alat elektronik radio, televisi, OHP,  komputer dan sebagainya.
Media Pembelajaran dan Teknologi Pembelajaran
Perkembangan media pembelajaran selalu mengikuti arus perkembangan teknologi. Dahulu, ketika teknologi khususnya teknologi informasi dan ilmu pengetahuan belum berkembang sepesat ini, proses pembelajaran biasanya berlangsung melalui proses komunikasi antara guru dan siswa dengan bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi pelajaran. Proses pembelajaran ini berpusat pada guru, dan peserta didik sangat tergantung pada guru sebagai sumber belajar.  Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah sistem percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro-processor yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.[4]
Dewasa ini, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat seorang guru sebagai disainer pembelajaran dapat memanfaatkan berbagai jenis teknologi sebagai media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Dan untuk selanjutnya para guru dapat memilih media yang paling efektif dan efisien untuk keberhasilan pembelajaran mereka.
Hubungan antara teknologi dengan media pembelajaran dapat didefinisikan bahwa media merupakan bagian dari teknologi yang lahir akibat hasi revolusi komunikasi yang dapat dipakai untuk kegiatan pengajaran disamping guru, buku teks, dan papan tulis.[5] Media tersebut dapat berupa radio, film, televisi, slides, OHP, dan lain-lain. Dengan menggunakan istilah media pengajaran Nana Sudjana dan Ahmad Rivai mengartikan teknologi pengajaran sebagai cara yang sistematis dalam merancang, melaksanakan, dan menilai keseluruhan proses belajar-mengajar dalam hubungannya dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.[6] Dan media baik berupa alat komunikasi maupun sumber belajar merupakan alat untuk menyampaikan proses dan tujuan pembelajaran kepada siswa.
Klasifikasi dan Bentuk-bentuk Media Pembelajaran
Perolehan pengetahuan siswa akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa verbal dan ini akan menimbulkan kesalahan persepsi kepada siswa. Penyampaian pesan seharusnya lebih konkret dan benar-benar dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mendekatkan siswa kepada kondisi yang sebenarnya.
Kerucut pengalaman Edgar Dale menggambarkan bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui pengalaman langsung (konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang, melalui benda tiruan, sampai kepada lambang (abstrak). [7]
Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
 Melalui pengalaman langsung siswa berhubungan dengan objek yang hendak dipelajari tanpa menggunakan perantara, hasil yang diperoleh siswa menjadi lebih konkret sehingga akan memiliki ketepatan tinggi. Semakin ke atas puncak kerucut pengalaman belajar siswa hanya melalui lambang verbal, dan pengalaman yang diperoleh siswa sifatnya lebih abstrak.
Persoalannya penyampaian pesan dengan pendekatan kondisi sebenarnya atau pengalaman langsung kadang terkendala atau bahkan tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, peranan media pembelajaran sangat diperlukan dalam suatu kegiatan belajar mengajar. Fungsi media pembelajaran antara lain 1) menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu, 2) memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu, 3) menambah gairah dan motivasi belajar siswa, dan 4) mempunyai nilai-nilai praktis tertentu seperti mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dan ruang kelas.
Pada zaman modern ini, para pendidik dapat menggunakan berbagai macam media pembelajaran sesuai dengan yang dibutuhkan. Media-media pembelajaran yang digunakan antara lain dapat berupa media grafis, visual, audio, dan audio visual dengan ciri-ciri antara lain, Pertama, Ciri Fiksatif (Fixatif Property), yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat di runut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Kedua, Ciri Manipulatif (Manipulative Property), yaitu  kemampuan media untuk mentransformasi suatu kejadian atau objek ke dalam bentuk media tertentu tanpa merubah kenyataan. Seperti kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Ketiga, Ciri Distributif (Distributive Property), ciri ini memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Misalnya rekaman video, audio dapat disebarkan ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.[8]
Dari ciri-ciri tersebut media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi.[9] Pertama, di lihat dari sifatnya, media dapat dibagi ke dalam beberapa macam yaitu, media auditif, media visual, media audiovisual.
Kedua, jika di lihat dari kemampuan jangkauannya media pembelajaran dapat berupa media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televisi. Melalui media ini siswa dapat mempelajari hal-hal atau kejadian-kejadian yang aktual secara serentak tanpa harus menggunakan ruangan khusus. Dan media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu, seperti film slide, film,video, dan lain sebagainya.
Ketiga media yang di lihat dari cara atau teknik pemakaiannya. Media dengan ciri tersebut dapat dibagi ke dalam media yang diproyeksikan, seperti film, slide,film strip, transparansi, dan lain sebagainya dan media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, foto, lukisan, Radio, dan lain sebagainya. Jenis media yang diproyeksikan memerlukan alat proyeksi khusus, seperti film projector untuk memproyeksikan film, slide projector untuk memproyeksikan film slide, dan Over Head Projector (OHP) untuk memproyeksikan transparansi. Tanpa dukungan alat proyeksi semacam ini, maka media semacam ini tidak akan berfungsi efektif.
            Pada intinya pengelompokan media-media tersebut bertujuan untuk menentukan jenis media mana yang cocok untuk suatu pembelajaran, karena karakteristik setiap materi berbeda satu sama lain. Pemilihan media pembelajaran yang terlalu mahal tidak menjamin efektifitas suatu pembelajaran jika dibandingkan dengan yang lebih murah. Oleh karena itu seorang pendidik harus dengan bijak memilih dan menggunakan media agar komunikasi yang dibangun berjalan efektif.
Karakteristik Media Pembelajaran
1.             Media Grafis (Visual diam)
Media grafis atau visual diam dalam pengertian praktis dapat diartikan sebagai media yang mengkomunikasikan fakta-fakta dan gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara pengungkapan kata-kata dan gambar dalam bentuk cetak.[10] Pengungkapan fakta-fakta tersebut dapat berupa kata-kata dan angka-angka seperti yang dapat digambarkan oleh grafik, bagan, diagram, poster kartun dan komik. Atau berupa fakta, pengertian dan gagasan dalam presentasi grafis seperti pada sketsa, lambang, atau foto. Jadi Graphics, meliputi berbagai bentuk visual yang menarik, terutama gambar.
Kelebihan Media grafis antara lain dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan terutama jika dilengkapi dengan warna-warna yang menarik perhatian siswa, disamping itu pembuatannya juga mudah dan harganya murah. Selain kelebihan-kelebihan tersebut, hambatan dari penggunaan media grafis adalah membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks dan penyajian pesan hanya berupa unsur visual.
2.             Media Proyeksi (Visual gerak)
Media Proyeksi adalah media visual yang hanya dapat digunakan dengan bantuan proyektor.[11] Berbeda dengan media grafis, media ini harus menggunakan alat elektronik untuk menampilkan pesan atau informasi seperti Overhead Projector (OHP), Slide dan Filmstrip, Opaque Projector, Microfis dan video.
Penggunaan media ini dapat menvisualkan pesan yang menarik (tergantung dari variasi yang digunakan guru atau dosen), praktis dan dapat dipergunakan secara berulang-ulang. Namun dalam pembuatan slide atau filmstrip dibutuhkan perencanaan yang matang  dan dibutuhkan keterampilan melukiskan pesan yang ringkas dan jelas, dan menuntut penataan ruangan yang baik. Saat ini alat-alat tersebut semakin jarang digunakan tertutama setelah berkembangnya komputer yang mampu memproyeksikan pesan dengan lebih baik dan lebih bervariatif.
3.             Media Audio
Media Audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif. Alat yang digunakan dapat berupa kaset, piringan suara atau radio yang dapat merangsang pikiran dan perasaan pendengar sehingga terjadi proses belajar.
Karakteristik pengajaran menggunakan media audio ini umumnya berhubungan dengan segala kegiatan untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Pemanfaatan media audio dalam pengajaran terutama digunakan dalam pengajaran music literary (pembacaan sajak), kegiatan dokumentasi, pengajaran bahasa asing, pengajaran melalui radio atau radio pendidikan, dan pendidikan fisik.[12]
Kelebihan dari penggunaan media audio ini, jika berupa alat perekam audio dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan pendengar/ pemakai. Misalnya untuk pembelajaran bahasa, musik, tajwid dan lain sebagainya. Sementara dalam ranah kognitif media audio dapat melatih siswa mengembangkan daya imajinasi abstrak dan dapat merangsang partisipasi aktif para pendengar, misalnya sambil mendengar siaran, siswa dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang pencapaian tujuan. Selain itu rasa keingintahuan siswa dapat dipancing sehingga dapat merangsang kreativitas. Sedangkan dalam ranah afektif, media ini juga dapat menanamkan nilai-nilai dan sikap positif terhadap para pendengar. Selain untuk media pembelajaran, media audio juga seringkali digunakan untuk menyajikan laporan-laporan yang aktual dan mengatasi keterbatasan waktu dan jangkauannya bisa sangat luas.
Selain kelebihan, kelemahan-kelemahan menggunakan media audio ini dapat menimbulkan kesulitan bagi pendengar untuk mendiskusikan hal-hal yang sulit dipahami karena sifat komunikasinya yang satu arah. Sesuai karakteristiknya media audio ini lebih banyak menggunakan suara dan bahasa verbal yang mungkin hanya dapat dipahami oleh pendengar yang mempunyai tingkat penguasaan kata dan bahasa yang baik dan hanya melayani mereka yang mampu berpikir abstrak, selain itu juga dapat menimbulkan verbalisme bagi pendengar. Media audio yang menggunakan program siaran radio biasanya dilakukan secara serempak dan terpusat, sehingga sulit untuk melakukan pengontrolan.
4.        Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indera pendengaran dan indera pengelihatan. Media ini adalah pengembangan lebih lanjut dari media visual yang digabungkan dengan media audio.  Gambar yang dihasilkan dapat berupa gambar diam atau sedikit memiliki unsur gerak, media ini disebut juga media audio visual diam, jenis media ini antara lain media sound slide (slide suara), film strip bersuara, dan halaman bersuara. Sementara media yang berupa pita video, film bergerak, dan tv disebut sebagai media audio visual gerak.
Teknologi audio visual merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Ciri-ciri teknologi media audio visual diantaranya bersifat linier, menyajikan visualisasi yang dinamis, digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatannya, merupakan representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak, dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif, sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.[13]
Beberapa kelebihan atau kegunaan media audio visual pembelajaran sama dengan pengajaran audio dan visual yaitu memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistik, juga mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indra, seperti gambar, film bingkai, proyektor micro, film, tame lapse atau high speed photografi, rekaman film, video, foto maupun secara verbal, model, diagram. Selain itu juga media audio visual bisa berperan dalam pembelajaran tutorial.
Selain media pembelajaran bentuk visual, audio, dan audio visual yang telah dijelaskan diatas, ada beberapa media pembelajaran yang masih belum disinggung yaitu media pembelajaran tiga dimensi, multimedia, dan lingkungan. Media-media ini dapat berupa beberapa unsur media yang dipadukan sehingga menjadi media yang mendekati kenyataan dan dapat merangsang psikomotorik siswa.
5.        Media pembelajaran tiga dimensi
            Media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pengajaran adalah model dan boneka. Model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.[14] Contoh-contoh model yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran adalah globe, boneka, bendera, anatomi tubuh manusia, alat-alat matematika, maket, patung, alat-alat simulasi, dan lain-lain.
            Kelebihan model tiga dimensi ini memungkinkan siswa mendapatkan pengalaman lebih nyata untuk mempelajari suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan presepsi siswa. Sedangkan kelemahan dari media ini biaya pembuatannya cukup mahal sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin.
6.      Media Pembelajaran Multimedia
            Media pembelajaran multimedia merupakan jenis media pembelajaran yang menggabungkan unsur audio, visual dan simulasi. Unsur-unsur tersebut memungkinkan bagi siswa untuk melatih kepekaan indra-indranya.[15] Penggabungan beberapa media ini dapat dilakukan dengan pengalaman pertunjukan atau upacara. Seperti contoh untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dapat mengadakan pertunjukan drama yang diperankan oleh para siswa sendiri.
Selain itu pada zaman teknologi canggih sekarang mulai banyak digunakan multimedia berbasis komputer. Contoh alat simulasi kokpit pilot untuk siswa akademi penerbangan, program simulasi matematika, internet dan email. Namun kelemahannya penggunaan media ini membutuhkan seperangkat alat seperti komputer atau bahkan laboratorium yang cukup mahal, sehingga hanya cocok digunakan untuk simulasi-simulasi tertentu seperti simulasi kokpit pilot.
7.        Media Pembelajaran Lingkungan
            Penggunaan media grafis, tiga dimensi, dan proyeksi pada dasarnya menvisualkan fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan keadaan sebenarnya untuk dibahas di dalam kelas. Di lain pihak guru dan siswa dapat mempelajari keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan kepada siswa lingkungan yang aktual untuk dipelajari. Jika memungkinkan cara ini lebih bermakna karena para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.[16]
Kelebihan yang diperoleh dari penggunaan media ini adalah kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik dan lebih aktif, sumber belajar menjadi lebih kaya, kebenarannya lebih akurat, dan siswa dapat menghayati dan memahami aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya.
Sementara kelemahan media ini sering terjadi dalam pelaksanaannya. Kegiatan belajar yang kurang terencana menyebabkan pembelajaran tidak terarah dan tidak mencapai tujuan, sehingga sering guru menganggap kegiatan ini tidak  efektif.
Media Dalam Proses Pembelajaran
Prinsip pengajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep generalisasi, dan bahan abstrak dapat menjadi hal yanh jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan anak adalah buku-buku dan sumber referensi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik.[17] Dengan demikian salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan menentukan media pengajaran. Dalam dimensi sosial, mencari dan menentukan sumber belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam sangatlah penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis.
Pembagian klasik dari media pengajaran didasarkan pada jenis materi yang dibagi menjadi materi bacaan seperti buku, majalah, ensiklopedia, surat kabar dan materi bukan bacaan. Materi bacaan merupakan materi visual yang bersifat fiksi maupun non fiksi. Materi yang bukan bacaan mempunyai pengertian yang luas mengacu pada penglihatan (visual) dan pendengaran (audio) untuk menjelaskan arti dari penafsiran (interpretasi) atau kata-kata yang tercetak seperti pada buku-buku (materi). Dalam arti terbatas, sebagian besar materi pembelajaran tergantung pada bacaan seperti misalnya bagan dan peta mempunyai judul dan legenda (kata-kata penjelasan pada peta), film strip mempunyai caption (kata-kata tercetak pada foto atau ilustrasi).
Materi bukan bacaan membuka kesempatan belajar yang sangat baik terutama bagi siswa yang secara individual lamban dalam keterampilan membacanya. Tetapi tentu saja penggunaan materi-materi bukan bacaan ini tidak hanya terbatas untuk siswa yang belum dapat membaca saja. Banyak sekali materi ini memberikan informasi yang sulit diperoleh melalui bacaan. Film tentang kehidupan suku Dani atau Asmat di Irian Jaya atau kehidupan orang laut di Riau kepulauan, misalnya adalah pengalaman-pengalaman yang tidak dapat disalin (duplikat) kembali dengan berbagai cara dalam ruang kelas.
Materi bukan bacaan adalah alat bantu yang dimaksudkan untuk memberi arti dan memperkaya pelajaran semua siswa, baik yang mampu membaca maupun yang masih sulit membaca. Peta, bagan, grafik adalah alat-alat yang sanggup memberikan informasi yang sulit untuk dijelaskan dalam materi cetak bacaan. Pengadaan karya wisata misalnya kunjungan di sebuah perusahaan atau sentra kerajinan adalah suatu cara untuk memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai beberapa aspek masalah yang sedang dipelajari. Penggunaan film, film strip, dan gambar-gambar memberikan kenyataan (realisme) dan kelengkapan kepada siswa akan suatu latar belakang yang sama. Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah ialah verbalisme, yang terdapat dalam setiap situasi belajar.[18] Menurutnya penyakit tersebut biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung, dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta menggunakan alat indara lainnya. Hasil pelajaran tersebut dapat dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka peroleh benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman yang kongkrit.
Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran di sekolah. Media pelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pendidikan. Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam mempelajari materi bahasan.[19]
Dalam upaya pemanfaatan video dalam proses pembelajaran, hendaknya kita memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Program video harus dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu  contohnya adalah apakah media video untuk tujuan kognitif dapat diguakan untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.
b. Guru harus mengenal program video yang ada dan memahami manfaatnya bagi pelajaran.
c. Sesudah program video di putar, harus diadakan diskusi agar siswa memahami bagaimana mencari pemecahan masalah dan menjawab pertanyaan.
d. Perlu diadakan tes agar mampu mengukur berapa banyak informasi yang mereka tangkap dari program video tersebut.[20] Dengan penjelasan di atas, maka dapat diberikan langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah pertama, yang harus dilakukan guru adalah mengobservasi suatu fenomena, misalnya : a) menyuruh siswa untuk menonton VCD tentang kejadian manusia, rahasia Ilahi, Takdir Ilahi, tentang Alam Akhirat, azab Ilahi , dan sebagainya; b) menyuruh siswa untuk menonton film tentang rukun Islam dan berbuat kebajikan selesai nonton lalu mengaplikasikan dikemudian hari seperti shaum di bulan ramadhan, membayar zakat ke BAZ, mengikuti sholat berjamaah di masjid, mengikuti ibadah qurban, menyantuni fakir miskin dan lain-lain.
Langkah kedua, yang dilakukan oleh guru adalah memerintahkan siswa untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, misalnya: a) setelah menonton VCD atau mendengarkan kisah-kisah Al Qur`an, siswa diharuskan membuat catatan tentang pengalaman yang mereka alami, melalui diskusi dengan teman-temannya; b) setelah mengamati dan melakukan aktivitas keagamaan siswa diwajibkan untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul serta mereka dapat mengungkapkan perasaannya kemudian mendiskusikan dengan teman sekelasnya.








Kesimpulan
Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi dan tiga dimensi masing-masing berbeda dan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Adapun media yang digunakan untuk pendidikan agama Islam pasti berbeda dengan media pendidikan pelajaran umum. Hal ini karena adanya perbedaan tujuan pembelajaran antara pendidikan agama Islam dengan pendidikan umum lainnya. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.
DAFTAR  PUSTAKA

Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Ali Pandie, Imansjah, Didaktik Metodik, Surabaya : PT. Usaha Nasional, 1984.

Fathurrohman, Teknologi dan Media Pembelajaran. Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008.

Fakih, Mansour, dkk.. Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis, Yogyakarta: Read Book, 2001.

Hamalik, Oemar. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989.

Kasmadi, Hartono. Model-model dalam Pengajaran Sejarah, Semarang: IKIP Semarang Press, 1996.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana, 2010.

Sudjana, Nana. Ahmad Rivai. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011.

____________. Media Pengajaran. (Surabaya : Pustaka dua, 1978).




[1] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran ( Jakarta:Kencana, 2010), 204.
[2] Ibid,  204.
[3] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 3.
[4] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran , 29
[5] Nana Sudjana, dan  Ahmad Rivai,  Media Pengajaran  (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), 44.
[6] Nana Sudjana, dan  Ahmad Rivai,  Media Pengajaran, 44.
[7] Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1989), 40.
[8] Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 12-14.
[9] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211-213
[10] Ibid, 27.
[11] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran 216.
[12] Nana Sudjana dan  Ahmad Rivai, Media Pengajaran, 129.
[13] Fathurrohman, Teknologi dan Media Pembelajaran  (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008), 23.
[14] Nana Sudjana dan  Ahmad Rivai, Media Pengajaran, 156.
[15] Mansour Fakih, dkk., Pendidikan Populer Membangun Kesadaran Kritis ( Yogyakarta: Read Book, 2001),  88.
[16] Nana Sudjana dan  Ahmad Rivai, Media Pengajaran, 208.
[17] Hartono Kasmadi, Model-model dalam Pengajaran Sejarah  (Semarang: IKIP Semarang Press, 1996), 62.
[18] Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 72.
[19] Ibid,. 75.
[20] Nana Sudjana, Media Pengajaran. (Surabaya : Pustaka dua, 1978), 192-193.

Jumat, 15 Juni 2012

ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN SKI DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA


ANALISIS SILABUS MATA PELAJARAN SKI
DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA


Makalah Disampaikan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PAI



 










Oleh:
MAULIDATUR RAHMAH
NIM. F05411 126

MOH KHOLID
NIM. FO.5411.127


Dosen Pengampu:
Dr. Ali Mudlofir, M. Ag



KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012

A.  Pendahuluan
Keluarnya Peraturan Menteri Agama (Permenag) RI No. 2 Tahun 2008 menandai berlakunya kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah yang berada dibawah naungan Kementrian Agama (Kemenag).[1] Permenag ini menjadi menjadi acuan bagi stakeholder pendidikan, terutama guru untuk merumuskan kurikulum seluruh mata pelajaran yang berada dalam rumpun PAI di madrasah dalam berbagai jenjang dan satuannya. Keseluruhan mata pelajaran yang dimaksud dalam Permenag diatas meliputi mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, dan Sejarah Kebudayaan Islam.
KTSP PAI pada dasarnya merupakan kelanjutan atau penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan secara operasional disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah, yang penekananannya pada standar isi dan kompetensi. Banyak hal yang telah dilakukan oleh Depag (Kemenag) untuk menyukseskan program KTSP, namun pada kenyataannya sampai sekarang masih banyak sekolah yang merasa sulit untuk mengimplementasikannya.
Pembelajaran yang direncanakan oleh seorang guru agar siswa terlibat aktif belajar dalam pembelajaran tentunya memerlukan langkah-langkah yang jelas, sistematis dan tepat sasaran. Perencanaan pembelajaran yang tidak sistematis dapat berakibat proses pembelajaran tidak mencapai sasaran yang tepat. Oleh sebab itu sangatlah penting bagi seorang guru dalam mempersiapkan pembelajarannya juga menganalisa kembali kekurangan-kekurangan dalam silabusnya.
Berikut ini akan disajikan kajian mengenai Analisis Silabus mata pelajaran SKI dan Strategi Pengembangan Silabus SKI yang sesuai dengan Prinsip-prinsip KTSP sebagai bahan ajar yang akan menjadi salah satu referensi bagi para guru.

B.  Studi Kasus Silabus Mata Pelajaran SKI
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam merumuskan silabus, maka makalah ini mengambil salah satu contoh hasil yang dirumuskan oleh guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Sekolah Berstandar Internasional (SBI) di Surabaya. Namun, makalah ini hanya mengambil satu contoh format silabus sebagai studi kasus yang hendak dipergunakan sebagai bahan analisis.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.[2] Sedangkan menurut Salim yang dikutip oleh Masnur Muslich, mengatakan bahwa silabus dapat didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi  pelajaran”. Dan istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.[3] Dari gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa silabus merupakan pedoman awal bagi pengembangan pembelajaran selanjutnya, seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem penilaian.
Landasan pengembangan silabus tersebut mengacu kepada peraturan pemerintah RI No 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 Ayat (2) yang berbunyi:
Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah, mengembnagkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan SKL, dibawah supervise dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan untuk SD, SMP, SMP, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintah dibidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.[4]

Dan pada pasal 20 yang menegaskan:
Perencanaan proses pembelajran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurang nya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.[5]


Contoh Kasus
Silabus SKI di Sekolah Berstandar Internasional Surabaya

Mata Pelajaran                    : Sejarah Kebudayaan Islam
Satuan Pendidikan              : SMP  Maryam
Tahun Pelajaran                  : 2011/2012
Kelas                                      : VII (Tujuh)
Semester                                : II (dua)
Standar Kompetensi
/ Kompetensi
Dasar

Nilai Karakter
Materi Pokok
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber  Belajar
Teknik
Bentuk Instru-men
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6


7
8
4.  Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin

4.1 Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin
ingin tahu, cinta ilmu,
religius
    
Prestasi yang dicapai pada masa Khulafaurrasyidin

1. Membaca buku mengenai materi prestasi yang di capai pada masa Khulafaurrasyidin
2. Membuat peta konsep mengenai prestasi yang dicapai pada masa kkholifah Abu Bakar dan Umar bin Khottob
3. Diskusi kelompok tentang prestasi yang dicapai pada masa Kholifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib






-   Menyebutkan prestasi yang dicapai pada masa kholifah Abu Bakar As-Sidiq

-   Menyebutkan prestasi yang dicapai pada masa kholifah Umar bin Khottob

-   Menyebutkan prestasi yang dicapai pada masa Kholifah Usman bin Affan

-   Menyebutkan prestasi yang dicapai pada masa Kholifah Ali bin abi Tholib
Test Tulis

Tes Uraian
Sebutkan prestasi yang dicapai pada masa kholifah Abu Bakar As-Sidiq!

4 x 40 menit
Buku SKI untuk MTs kelas VII pernerbit Toha Putra Semarang

Encyclopedia Islam



Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah silabus diatas sudah mengacu atau memenuhi prinsip-prinsip dasar pengembangan. Sebagaimana dipahami, kebijakan KTSP hanya memberikan pedoman umum berisi: Standar Kompetensi (SK) Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar (KD), Indikator dan Materi Pokok.[6] Kemudian guru-guru di madrasah dan sekolah mengembangkannya menjadi silabus yang lebih rinci. Silabus yang dikembangkan oleh guru harus dapat (1) menjawab kompetensi yang harus dikuasai siswa (SK, KD, dan materi pelajaran), (2) menjabarkan cara mengerjakannya (pengalaman belajar, metode, media), dan (3) mengetahui cara pencapaiannya (evaluasi atau sistem penilaian).[7]
Selain itu pengembangan tersebut juga harus sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan silabus diantaranya:[8] Pertama, Ilmiah, mengandung arti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar, logis dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Kedua, Relevan, mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, Sistematis, yang berarti seluruh komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsonal dalam mencapai kompetensi. Keempat, Konsisten, mengandung arti bahwa SK, KD, indicator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian memiliki hubungan yang ajeg dalam membentuk kompetensi peserta didik. Kelima, Memadai, artinya cukup indicator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar. Keenam, Aktual dan Kontekstual, yang berarti cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nayata, dan peristiwa yang terjadi. Ketujuh, Fleksibel, mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak yang berarti komponen silabus mampu mengakomodasi keragaman dan dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan mansyarakat. Kedelapan, Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik) seperti yang dikemukakan oleh Bloom. Kesembilan, Efektif, mengandung arti yakni memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran, dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan SK yang telah ditetapkan. Dan kesepuluh, efisien, yang berarti dalam silabus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan.[9]
Sebelum menyusun silabus guru harus mengetahui terlebih dahulu karakteristik mata pelajaran yang akan diampunya. Misalnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pada lampiran 3b bab VII Permenag No 2 tahun 2008 menyebutkan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam di MTs merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.  
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,  membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.
Berdasarkan uraian tersebut penyusunan silabus mata pelajaran SKI dapat dikembangkan menjadi beberapa komponen yang bertujuan untuk (a) Meningkatkan pengenalan dan kemampuan mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan para khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai dengan perkembangan Islam di Indonesia, (b) Mengapresiasi fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan (c) Meneladani nilai-nilai dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah.

C.  Analisis Silabus Mata Pelajaran SKI
Dari format silabus yang dijadikan sebagai studi kasus dalam makalah ini, secara garis besar didapatkan temuan-temuan sebagai berikut (lihat tabel):


Tabel 1
Kesesuaian Konten Silabus dengan Prinsip-Prinsip Pengembangan

No
Prinsip Pengembangan
Hasil Analisis

Terpenuhi
Cukup
Kurang
01
Ilmiah
V


02
Relevan

v

03
Sistematis
V


04
Konsisten
V


05
Memadai

v

06
Aktual dan kontekstual


V
07
Fleksibel


V
08
Menyeluruh


V
09
Efektif

v

10
Efisien


V

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa, kesesuaian silabus yang dirumuskan dengan prinsip-prinsip pengembangan yang seharusnya menjadi rujukan dalam merancang bangun dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama, dari aspek prinsip ilmiah menunjukkan materi dan kegiatan yang termuat dalam komponen silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Pengembangan indilkator, materi pembelajarn, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar telah mengacu pada pencapaian kompetensi dasar dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan sumber daya yang ada dan berpedoman pada standar isi yang ditetapkan oleh Permenag No 2 tahun 2008.
Kedua, dari aspek relevansi materi indikator dan teknik penilaian pembelajaran cukup menunjukkan adanya keterkaitan terhadap kompetensi dasar, namun akan lebih baik jika siswa juga melakukan eksplorasi terhadap potensi-potensi belajar lain. Seperti mengaitkan prestasi-prestasi khulafaur rasyidin dengan perkembangan masa sekarang.
Ketiga, dari aspek sistematis silabus terlihat adanya hubungan fungsional antar komponen-komponen silabus dalam mencapai kompetensi.
Keempat, dari aspek konsisten di dalam komponen-komponen silabus tersebut telah ada hubungan yang ajek antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
Kelima, dari aspek memadai cakupan indikator, materi pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
Keenam, dari aspek aktual dan kontekstual cakupan indikator dan sistem penilaian kurang memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupn nyata dengan peristiwa yang terjadi.
Ketujuh, dari aspek fleksibel komponen silabus indikator dan penilaian kurang dapat mengakomodasi peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan masyarakat. Karena tidak muncul keterkaitan antara peristiwa yang dipelajari dengan aktualisasi pada kehidupan sekarang.
Kedelapan, dari aspek menyeluruh silabus belum menunjukkan keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan psikomotori) seperti dalam taksonomi Bloom. Pada gambaran silabus tersebut tujuan kognitif lebih banyak ditonjolkan, sedangkan tujuan afektif (yang terdiri dari penerimaan, respons, menghargai, mengorganisasi, dan pola hidup) dan tujuan psikomotorik (yang terdiri dari meniru, menggunakan, ketepatan, merangkaikan dan naturalisasi) belum terpenuhi.[10]
Kesembilan, dari aspek efektif komponen-komponen silabus cukup menggambarkan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran. Namun untuk komponen penilaian tes yang dikembangkan belum menunjukkan efektifitas guru dalam mengumpulkan informasi tentang tingkat penguasaan materi pelajaran siswa yang diajarnya atau efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan.[11] Artinya skala yang digunakan oleh guru dalam menilai hasil belajarnya hanya berdasarkan tujuan kognitif saja, sementara itu penilaian tentang tujuan afektif dan psikomotorik belum dimunculkan.
Kesepuluh, dari aspek efisien daya dan waktu dapat diperkecil, namun belum tentu dapat mencapai hasil atau standar kompetensi yang ditetapkan karena silabus tersebut belum menggambarkan bagaimana tujuan afektif dan psikomotorik yang dapat dinilai oleh guru.

            Demikian uraian analisis dari silabus mata pelajaran SKI yang ditampilkan. dan sebagai perbandingan dibawah ini akan ditampilkan silabus yang telah disusun kembali.





SILABUS
Mata Pelajaran          : Sejarah Kebudayaan Islam
Satuan Pendidikan    : MTs
Tahun Pelajaran       : 2011/2012
Kelas                           : VII (Tujuh)
Semester                     : II (dua)
Standar Kompetensi
/ Kompetensi
Dasar

Nilai Karakter
Materi Pokok
Kewirausahaan/
Ekonomi Kreatif
Pengalaman Belajar
Indikator
Penilaian
Alokasi Waktu
Sumber  Belajar
Teknik
Bentuk Instru-men
Contoh Instrumen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
4.Memahami sejarah perkembangan Islam pada masa Khulafaurrasyidin

4.1 Menceritakan berbagai prestasi yang dicapai oleh Khulafaurrasyidin
Religius
Jujur
Mandiri
Demokratis
Komunikatif
Tanggung jawab
Prestasi yang dicapai pada masa Khulafaurrasyidin

·    Berorientasi tugas dan hasil
·    Berani mengambil resiko,
·    Percaya diri,
·    Keorisinilan,  Berorientasi ke masa depan
1.     Membaca buku mengenai materi prestasi yang di capai pada masa Khulafaurrasyidin

2.       Membuat peta konsep mengenai prestasi yang dicapai pada masa kholifah Abu Bakar, Umar bin Khottob,  Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib

3.      Diskusi kelompok tentang prestasi yang dicapai pada masa Kholifah Abu Bakar, Umar bin Khottob,  Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib

4.      Permainan lacak jawab tentang keadaan geografis pada masing-masing pemerintahan Kholifah Abu Bakar, Umar bin Khottob,  Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib




1.Menyebutkan prestasi yang dicapai pada masa kholifah Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khotob, Usman bin Affan,  Ali bin abi Tholib

2. Menjelaskan prestasi Khulafa’ al-Rasyidin yang menonjol

3. Menjelaskan hikmah yang dapat diambil dari prestasi Khulafaurrasyidin

4.     Mengkaitkan prestasi Khulafaurrasyidin dengan perkembangan kondisi sekarang
Tes Tulis








Penugasan



Tes lisan




Penugasan
Tes Uraian








Membuat peta konsep


Tes tanya jawab




Uji petik kerja produk

Sebutkan prestasi yang dicapai pada masa kholifah Abu Bakar As-Sidiq!













Susunlah prestasi-prestasi khlafaurrasyidin yang relevan dengan zaman modern
4 x 40 menit
SKI untuk MTs kelas VII pernerbit Toha Putra Semarang

Encyclopedia Islam

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, penerbit PT Raja Grafindo Persada





D. Penutup
            Pengembangan silabus secara substansi  bertujuan untuk merealisasikan Standar Isi yang telah ditetapkan oleh Permenag no 2 tahun 2008. Namun dalam prakteknya kendala-kendala berupa kurangnya pemahaman terhadap prinsip-prinsip pengembangan silabus seringkali menyebabkan isi silabus kurang relevan dan memadai. Pada akhirnya isi silabus sama sekali tidak menggambarkan potensi-potensi yang dimiliki pendidik, peserta didik, dan lingkungan pembelajaran.
Analisis silabus mata pelajaran bertujuan untuk menyempurnakan kegiatan pembelajaran yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan kompetensi sesuai alokasi waktu yang ditentukan dengan menggunakan prinsip-prinsip pengembangan silabus. Jika melihat perkembangan dan perubahan anak didik pada zaman modern ini, penyempurnaan silabus tersebut harus selalu diperbarui.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama Jawa Timur, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah (Surabaya: Bidang Mapenda-Kanwil Departemen Agama Jawa Timur, 2008).

Mulysa E, KTSP. Bandung : Rosdakarya. 2006.

Muslich, Masnur. KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan, Jakarta : Bumi Aksara. 2007.

Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan KTSP dan Bahan Ajar dalam PAI, Surabaya: Rajawali Press, 2011.

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010.

Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.


[1] Departemen Agama Jawa Timur, Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah (Surabaya: Bidang Mapenda-Kanwil Departemen Agama Jawa Timur, 2008).
[2] Mulysa E, KTSP. (Bandung : Rosdakarya. 2006 ), 190.
[3] Muslich Masnur, KTSP Dasar Pemahaman Dan Pengembangan, (Jakrta : Bumi Aksara. 2007), 23.
[4] Ibid,  24.
[5] Ibid,  24.
[6] Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan KTSP dan Bahan Ajar dalam PAI (Surabaya: Rajawali Press, 2011), 92.
[7] Mansur Muslich, KTSP (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 23.
[8] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2010), 96-97.
[9] Mulysa E, KTSP. (Bandung : Rosdakarya. 2006 ), 191-195.
[10] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 130-133.
[11] Ibid, 239.